SEJARAH PERKEMBANGAN BRAILLE
DAN
SEJARAH PENEMU BRAILLE
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Braille
Yang dibimbing oleh Ibu Umi
Oleh
Diadra Finalistiani
110154412528
UNIVERSITAS NEGERI
MALANG
FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN
SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH
PRODI PENDIDIKAN LUAR
BIASA
September 2012
Sejarah Perkembangan Braille
Pada kurang dari 16 abad yang lalu, usaha untuk menciptakan tulisan untuk
tunanetra sudah mulai ada. Dari seorang cendekiawan Jepang yang pada abad ke 4
mengukir kayu untuk karya-karya nya, lalu seorang tunanetra Katolik di Roma
bernama Francesco Terzi, menciptakan semacam abjad tali. Dia membentuk
huruf-huruf dari berbagai variasi simpul tali, dan menggunakan abjad talinya
itu untuk mentranskripsikan kitab Injil. Hingga Maria Theresa von Paradis
(musisi), belajar membaca alat bantu berupa paku-paku yang ditancapkan pada
sebuah bantalan untuk membentuk huruf-huruf.
Salah seorang yang dapat dikatakan berjasa dalam perkembangan huruf bagi
tunanetra di Paris adalah Valentine Hauy yaitu pada tahun 1708 dia mencetak
huruf timbul disebuah kertas tebal yang dapat di baca oleh tunanetra
menggunakan ujung jarinya. Dia membuat huruf tersebut menggunakan logam,
caranya yaitu dengan membasahi kertas tersebut dengan air lali pena bermata
bundar digoreskan diatasnya mengikuti bentuk hiruf pada cetakan logam tersebut.
Setelah itu selesai, kertas dikeringkan sehingga huruf-huruf tersebut akan
terasa timbul dan dapat diraba oleh tangan. Sistem perkembangan tulisan untuk
tunanetra yang digunakan oleh Hauy tersebut mendapat dukungan dari beberapa
anak didiknya yang mencoba membaca dengan
huruf tersebut hingga akhirnya anak didiknya tersebut menunjukkan
kemampuannya membaca huruf di hadapan para anggora the Royal Academy of
Sciences. Akhirnya Hauy membuka sekolah pertama untuk tunanetra Pada
tahun 1784 sekolah tersebut resmi berdiri dengan nama
L’Institute Nationale des Jeunes Aveugles, dengan 14 orang murid pertama,
dengan Hauy sebagai kepala sekolah dan Lesueur sebagai asistennya.
Sedangkan di Inggris pada tahun 1825-1835, ada Gall, Alston, Moon, Fry,
Frere, dan Lucas, yang masing-masing memiliki keunikan tersendiri dan mempunyai
pendukungnya masing-masing, dan di Amerika ada Friedlander, Howe dan lain-lain
untuk membuat tulisan untuk tunanetra. Namun yang paling menonjol adalah Dr.
William Moon, dia adalah seorang tunanetra Inggris. Dia menggunakan cara yang
sama dengan Hauy namun menggunakan abjad Romawi yang hurufnya disederhanakan
dan dimodifikasi. Dalam modifikasinya, sebanyak 8 huruf tetap sama, 14 huruf
disederhanakan, dan 5 huruf dibuat baru. Abjad ini sangat dirasakan kegunaanya
sehingga digunakan sampai awal abad ke 20. Namun sama seperti Hauy, kendala
menggunakan abjad ini adalah kecepatan membaca yang cukup lama meskipun orang
awas dan tunanetra sama-sama bisa membacanya.
Sedangkan Charles Barbier, seorang
yang ahli dalam peperangan Napoleon menciptakan sandi tulisan malam yang
mendasari tulisan Braille yang digunakan oleh Louis Braille. Dia adalah seorang
perwira yang menciptakan tulisan koding yang terdiri dari titik dan ngaris
timbul yang dinamakan “tulisan malam” atau “writing night”. Dengan tulisan ini,
sangat memungkinkan tulisannya mampu dibaca oleh pasukannya tanpa menggunakan
cahaya lampu, ataupun bersuara. Hanya dengan merabanya saja sudah dapat
mengerti dan membacanya. Huruf yang dirabanya tersebut menggunakan 12 pola
titik yaitu dua vertikal dan enam horizontal. Akhirnya tulisan tersebut dia
presentasikan kepada tunanetra yang ada dilingkungan tersebut, hingga sampai
kesekolah Louis Braille. Louis Braille mencoba memodifikasi tulisan malam
tersebut hingga hanya ada 6 titik yang terdiri dari dua horizontal dan 3
vertikal. Hingga kini tunanetra di seluruh dunia menggunakan koding tersebut
meskipun sampai meninggal dunia Louis Braille belum dapat melihat koding
tersebut digunakan seluruh dunia. Sampai saat ini, tulisan Braille digunakan
diseluruh dunia. Tulisan braille sendiri berkembang di Indonesia pada tahun
1901 ketika Dr. Westhoff mendirikan sekolah tunanetra pertama yang terletak di
Bandung. Maka tulisan braille tersebut di sesuaikan dengan perkembangan EYD
yang ada di Indonesia.
Sejarah penemu Braille
Penemu tulisan Braille adalah Louis Braille. Dia adalah seorang tunanetra sejak usianya 3 tahun (ada yang mengatakan 4 tahun). Dilahirkan di desa Coupvray tepatnya 40 km dari kota Paris dari seorang ibu yang bernama Monique. Ayah Louis Braille (Simon Rene Braille) adalah seorang pembuat sepatu, pelana kuda dan perlengkapan dari bahan kulit. Kebutaan yang dialami oleh Louis Braille dikarenakan oleh suatu kecelakaan akibat terkena jara (sebuah alat untuk melubangi kulit) saat dia bermain di bengkel milik ayahnya. Mata sebelah Louis Braille terkena jara tersebut dan infeksi, akibatnya infeksi tersebut menjalar ke mata yang lain sehingga mengakibatkan Louis kecil mengalami kebutaan total. Louis Braille disekolahkan oleh ayahnya di sekolah reguler dan Louis dapat mengikuti pelajaran yang ada, namun sayang dia hanya bisa mendengar penjelasan dari gurunya tanpa mampu menulisnya atau mencatatnya. Pada usia 10 tahun, Louis memperoleh beasiswa untuk belajar di Royal Institution for Blind Youth di Paris (yang didirikan oleh Valentin Hauy), sebuah lembaga pendidikan khusus untuk anak-anak tunanetra. Di sana, ia belajar membaca huruf-huruf yang dicetak timbul pada kertas dengan cara merabanya. Di sekolah itu terdapat hanya 14 buku yang dicetak timbul menurut abjad, karena dicetak menurut abjad buku tersebut berukuran sangat besar dan mahal. Buku tersebut berhasil di baca semua oleh Louis, namun perlu waktu yang cukup lama untuk membaca dan memahaminya. Akhirnya Louis memikirkan sebuah cara untuk membuat tuna netra mampu membaca degan mudah dan cepat. Suatu ketika pada tahun 1821, Charles barbier (seorang kapten angkatan bersenjata Prancis) berkunjung ke sekolah Louis Braille. Barbier mempresentasikan penemuannya yaitu sebuah kode tulisan yang bernama night writing (tulisan malam). Tulisan itu biasa digunakan oleh pasukan di medan perang untuk memberikan informasi tanpa perlu berbicara. Kode tersebut merupakan 12 titik timbul yang dapat diraba oleh ujung jari. Louis setuju dengan koding tersebut dan menganggap ini lebih mudah daripada harus membaca tulisan relief. Kode tersebut dapat diterima oleh Louis Braille namun dia masih menganggap ini rumit dan perlu disederhanakan. Pada usia 15 tahun, dia mampu menyederhanakan 12 titik timbul tersebut menjadi 6 titik menggunakan dasar ejaan normal. Louis menemukan 63 kombinasi susunan huruf timbul yang memungkinkan. Hingga pada akhirnya dia mampu mengembangkan sistem ini dan menambahkan simbol-simbol untuk musik dan matematika. Lalu Louis menerbitkan sebuah buku tulisan timbul pertama yang pernah terbit di dunia ynag bernama Method of Writing Words, Music, and Plain Song by Means of Dots, for Use by the Blaid and Arraged by Them. Tuna netra membaca buku ini dengan meraba menggunakan ujung-ujung jari. Lalu Louis Braille menjadi seorang guru di tempat dia belajar. Pada usia yang ke 43 tahun, Louis meninggal karena penyakit TBC yaitu pada tahun 1852 tepatnya pada 6 Januari 1852. Penemuannya belum dianggap berguna untuk para tunanetra meskipun Louis telah meninggal, namun pada tahun 1868 Dr. Thomas Armitahe membentuk sebuah kelompok kecil untuk mengembangkan dan menyebarkan temuan Louis Braille yang akhirnya menjadi Royal National Institute of the Blind (RNIB). Dan sampai saat ini temuan kode tulisan tersebut diberi nama Braille untuk mengenang sang penemu yaitu Louis Braille.
Sejarah penemu Braille
Penemu tulisan Braille adalah Louis Braille. Dia adalah seorang tunanetra sejak usianya 3 tahun (ada yang mengatakan 4 tahun). Dilahirkan di desa Coupvray tepatnya 40 km dari kota Paris dari seorang ibu yang bernama Monique. Ayah Louis Braille (Simon Rene Braille) adalah seorang pembuat sepatu, pelana kuda dan perlengkapan dari bahan kulit. Kebutaan yang dialami oleh Louis Braille dikarenakan oleh suatu kecelakaan akibat terkena jara (sebuah alat untuk melubangi kulit) saat dia bermain di bengkel milik ayahnya. Mata sebelah Louis Braille terkena jara tersebut dan infeksi, akibatnya infeksi tersebut menjalar ke mata yang lain sehingga mengakibatkan Louis kecil mengalami kebutaan total. Louis Braille disekolahkan oleh ayahnya di sekolah reguler dan Louis dapat mengikuti pelajaran yang ada, namun sayang dia hanya bisa mendengar penjelasan dari gurunya tanpa mampu menulisnya atau mencatatnya. Pada usia 10 tahun, Louis memperoleh beasiswa untuk belajar di Royal Institution for Blind Youth di Paris (yang didirikan oleh Valentin Hauy), sebuah lembaga pendidikan khusus untuk anak-anak tunanetra. Di sana, ia belajar membaca huruf-huruf yang dicetak timbul pada kertas dengan cara merabanya. Di sekolah itu terdapat hanya 14 buku yang dicetak timbul menurut abjad, karena dicetak menurut abjad buku tersebut berukuran sangat besar dan mahal. Buku tersebut berhasil di baca semua oleh Louis, namun perlu waktu yang cukup lama untuk membaca dan memahaminya. Akhirnya Louis memikirkan sebuah cara untuk membuat tuna netra mampu membaca degan mudah dan cepat. Suatu ketika pada tahun 1821, Charles barbier (seorang kapten angkatan bersenjata Prancis) berkunjung ke sekolah Louis Braille. Barbier mempresentasikan penemuannya yaitu sebuah kode tulisan yang bernama night writing (tulisan malam). Tulisan itu biasa digunakan oleh pasukan di medan perang untuk memberikan informasi tanpa perlu berbicara. Kode tersebut merupakan 12 titik timbul yang dapat diraba oleh ujung jari. Louis setuju dengan koding tersebut dan menganggap ini lebih mudah daripada harus membaca tulisan relief. Kode tersebut dapat diterima oleh Louis Braille namun dia masih menganggap ini rumit dan perlu disederhanakan. Pada usia 15 tahun, dia mampu menyederhanakan 12 titik timbul tersebut menjadi 6 titik menggunakan dasar ejaan normal. Louis menemukan 63 kombinasi susunan huruf timbul yang memungkinkan. Hingga pada akhirnya dia mampu mengembangkan sistem ini dan menambahkan simbol-simbol untuk musik dan matematika. Lalu Louis menerbitkan sebuah buku tulisan timbul pertama yang pernah terbit di dunia ynag bernama Method of Writing Words, Music, and Plain Song by Means of Dots, for Use by the Blaid and Arraged by Them. Tuna netra membaca buku ini dengan meraba menggunakan ujung-ujung jari. Lalu Louis Braille menjadi seorang guru di tempat dia belajar. Pada usia yang ke 43 tahun, Louis meninggal karena penyakit TBC yaitu pada tahun 1852 tepatnya pada 6 Januari 1852. Penemuannya belum dianggap berguna untuk para tunanetra meskipun Louis telah meninggal, namun pada tahun 1868 Dr. Thomas Armitahe membentuk sebuah kelompok kecil untuk mengembangkan dan menyebarkan temuan Louis Braille yang akhirnya menjadi Royal National Institute of the Blind (RNIB). Dan sampai saat ini temuan kode tulisan tersebut diberi nama Braille untuk mengenang sang penemu yaitu Louis Braille.
DAFTAR RUJUKAN
Erka. 2011. Sejarah Braille. (Online),
(http://bisa-foundation.or.id/library/sejarah-braille/), diakses 1 September
2012.
----. ----. Sejarah Tulisan Braille.
(Online), (http://www.tkplb.org/index.php?option=com_content&view=article&id=68:sejarah-tulisan-braille&catid=35:news-tkplb),
diakses 3 September 2012.
Yagami, Wink. 2009. Biografi
Louis Braille - Penemu Kode Braille. (Online), (http://kolom-biografi.blogspot.com/2009/02/biografi-louis-braille-1809-1852.html),
diakses 3 September 2012.